Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Karakteristik Perusahaan dan Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Otomotif

Karakteristik Perusahaan dan Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Otomotif

Karakteristik Perusahaan dan Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Otomotif - Dalam pasar global dimana persaingan perusahaan semakin tajam, maka pihak manajemen perusahaan dituntut untuk dapat mengantisipasi persaingan tersebut. Pengelolaan yang dilakukan manajemen antara lain bertujuan agar perusahaan mampu meningkatkan nilai (value) perusahaan sehingga mampu meningkatkan kemakmuran bagi pemegang saham. 

Pihak perusahaan terutama manajemen dituntut untuk dapat mengelola dananya sedemikian rupa sehingga operasional perusahaan tidak terganggu. Upaya tersebut merupakan permasalahan tersendiri bagi perusahaan, karena menyangkut risiko dan sumber dana yang diperlukan. 

Pihak manajemen dalam mengelola keuangan perusahaan harus mampu memenuhi kebutuhan dana yang akan digunakan untuk beroperasi atau mengembangkan usahanya. Untuk membiayai penggunaan dana perusahaan dihadapkan pada berbagai pilihan, apakah utang atau menambah modal dengan tingkat konsekuensi risikonya masing-masing. 

Pemilihan sumber dana perusahaan akan dipengaruhi kebutuhan dana, biaya dana serta faktor eksternal lainnya. Pihak manajemen dalam memenuhi kebutuhan dananya harus dapat melakukan pilihan sumber dana yang efisien dan menguntungkan perusa haan baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka panjang atau masa yang akan datang. 

Mengingat bahwa pilihan sumber dana tersebut akan berdampak pada kinerja perusahaan di masa yang akan datang, yaitu beban dana yang harus dipikul perusahaan. 

Optimalisasi nilai perusahaan yang merupakan tujuan perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan, dimana satu keputusan keuangan yang diambil akan memengaruhi keputusan keuangan lainnya dan berdampak pada nilai perusahaan (Fama & French, 1998). 

Perusahaan yang mengutamakan sumber dana internal perusahaan cenderung akan sangat mengurangi ketergantungannya kepada pihak luar. 

Jika kebutuhan dana sudah sedemikian meningkatnya karena pertumbuhan perusahaan, dan dana dari sumber internal sudah digunakan semua, maka tidak ada pilihan lain, selain menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan baik dari utang (debt financing) maupun dengan mengeluarkan saham baru (external equity financing) dalam memenuhi kebutuhan dananya. 

Dalam upaya memenuhi kebutuhan dana, manajer keuangan juga dituntut untuk menetapkan suatu keseimbangan finansial antara aktiva dan pasiva yang dibutuhkan. 

Perimbangan dalam aktiva, baik secara absolut maupun relatif akan tampak pada struktur kekayaan, sedangkan perimbangan dalam pasiva baik secara absolut maupun relatif akan tercermin pada struktur keuangan. 

Struktur keuangan dapat diartikan sebagai cara bagaimana aktiva perusahaan dibelanjai, seperti nampak pada neraca sebelah pasiva. Struktur modal merupakan perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. 

Besar kecilnya angka rasio struktur modal menunjukkan banyak sedikitnya jumlah pinjaman jangka panjang dan modal sendiri yang diinvestasikan pada aktiva tetap yang digunakan untuk memperoleh laba operasi. 

Semakin tinggi struktur modal berarti semakin banyak jumlah pinjaman jangka panjang, sehingga semakin banyak bagian dari laba operasi yang digunakan untuk membayar bunga maupun angsuran pinjaman. 

Struktur modal perusahaan merupakan salah satu faktor fundamental dalam operasi perusahaan. Struktur modal suatu perusahaan ditentukan oleh kebijakan pembelanjaan (financing policy) dari manajer keuangan yang senantiasa dihadapkan pada pertimbangan baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang mencakup tiga unsur penting, yaitu: 
  1. keharusan untuk membayar balas jasa atas penggunaan modal kepada pihak yang menyediakan dana tersebut, atau sifat keharusan untuk pembayaran biaya modal. 
  2. Sampai seberapa jauh kewenangan dan campur tangan pihak penyedia dana itu dalam mengelola perusahaan. 
  3. Risiko yang dihadapi perusahaan. 
Keputusan pendanaan keuangan perusahaan akan sangat menentukan kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas operasinya dan juga akan berpengaruh terhadap risiko perusahaan itu sendiri. Jika perusahaan meningkatkan leverage, maka perusahaan ini dengan sendirinya akan meningkatkan risiko keuangan perusahaan. 

Sebaliknya perusahaan harus memperhatikan masalah pajak, karena sebagian ahli berpendapat bahwa penggunaan modal yang berlebihan akan menurunkan tingkat profitabilitas. 

Untuk itu sebagian manajer tidak sepenuhnya mendanai perusahaannya dengan modal tetapi juga disertai penggunaan dana melalui utang baik itu utang jangka pendek maupun utang jangka panjang karena terkait dengan sifat penggunaan dari utang tersebut yaitu bersifat mengurangi pajak. 

Dalam teori struktur modal tradisional yang merumuskan penggunaan utang akan meningkatkan nilai perusahaan jika penggunaan utang tersebut akan mengakibatkan penurunan biaya modal rata-rata, dan pada tingkat tertentu besarnya proporsi utang dalam struktur modal akan meningkatkan biaya modal rata-rata dan menurunkan nilai perusahaan karena besarnya risiko keuangan perusahaan. 

Manajemen struktur modal merupakan suatu upaya memadukan sumber dana permanen yang digunakan perusahaan dengan cara memaksimalkan harga saham dan meminimumkan biaya modal perusahaan. 

Dalam keadaan perekonomian dimana suku bunga yang tinggi akan meningkatkan risiko bisnis dan penggunaan utang yang relatif besar akan menimbulkan ancaman kebangkrutan. Berdasarkan teori dan penelitian empiris menunjukkan bahwa probabiltas, ukuran perusahaan, peluang pertumbuhan perusahaan, tingkat leverage perusahaan dan sebagainya memengaruhi struktur modal. 

Dari beberapa penelitian tidak ada prediksi yang konsisten yang menunjukkan hubungan antara tingkat probabilitas dengan dengan tingkat leverage. 

Dalam model berbasis pajak perusahaan yang menguntungkan harus meminjam lebih banyak, karena memiliki kebutuhan yang lebih besar untuk melindungi pendapatan dari pajak kororasi. 

Namun, dalam teori pecking order perusahaan akan mengggunakan laba ditahan terlebih dulu sebagai dana investasi dan baru kemudian menggunakan obligasi baru jika diperlukan. Perusahaan-perusahaan yang besar cenderung mempunyai portofolio pasar yang lebih besar, karena mempunyai kemungkinan kebangkrutan yang lebih kecil. 

Sehingga perusahaan yang tumbuh dengan pesat akan lebih cenderung mengandalkan modal eksternal (Brigham & Houston, 2001). Sehingga semakin besar ukuran perusahaan akan memberikan kemungkinan perusahaan untuk memiliki utang yang semakin besar. 

Mutamimah (2003) perusahaan besar cenderung menerbitkan utang lebih besar dibanding perusahaan kecil. Risiko bisnis merupakan ketidakpastian dalam proyeksi perusahaan atas tingkat pengembalian atau laba di masa mendatang. 

Variabilitas pendapatan atau laba perusahaan akan berpengaruh terhadap tingkat penggunaan modal asing, karena dapat digunakan sebagai jaminan dalam memenuhi beban tetap yang harus ditanggung perusahaan yang berupa utang pokok dan bunga. 

Dalam trade– off theory bahwa semakin banyak utang semakin tinggi beban atau risiko yang ditanggung perusahaan seperti: agency cost, biaya kebangkrutan, keengganan kreditur untuk memberi pinjaman dalam jumlah besar. 

Sehingga, perusahaan dengan risiko bisnis besar harus menggunakan utang lebih kecil dibanding perusahaan yang mempunyai risiko bisnis rendah, karena semakin besar risiko bisnis, penggunaan utang yang besar akan mempersulit perusahaan dalam mengembalikan utangnya (Mutamimah, 2003). 

Yuniningsih (2002) menemukan bahwa variabel risiko perusahaan berhubungan negatif secara signifikan terhadap financial leverage. Temuan yang berbeda dilakukan Syukri (2001) bahwa variabel risiko secara statistik signifikan berpengaruh positif terhadap tingkat utang perusahaan. 

Penelitian Mutamimah (2003) yang menyatakan bahwa risiko bisnis tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal. Adanya perbedaan hasil penelitian tentang pengaruh likuiditas dan risiko bisnis terhdap struktur modal menunjukkan adanya inkonsistensi atas implikasi teori trade-off dalam struktur modal perusahaan. 

Beberapa penelitian tentang struktur modal terhadap nilai perusahaaan telah banyak dilakukan oleh peneliti dan hasilnya saling kontradiksi. Jensen & Meckling (1976) berargumentasi bahwa konflik keagenan terjadi karena adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian. 

Konflik keagenan menyebabkan penurunan nilai perusahaan. Penurunan nilai perusahaan akan memengaruhi kekayaan dari pemegang saham sehingga pemegang saham akan melakukan tindakan pengawasan terhadap perilaku manajemen. 

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah karakteristik perusahaan yang terdiri dari stabilitas penjualan, stabilitas Aktiva, intensitas Aktiva, ukuran perusahaan, Degree of Operating Leverage (DOL), pertumbuhan penjualan, Return on Assets (ROA), pertumbuhan dan risiko bisnis berpengaruh signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan otomotif yang go publik di BEI pada tahun 2005-2010. 

Untuk menganalisis pengaruh variabel karakteristik perusahaan dan risiko bisnis secara simultan terhadap struktur modal perusahaan pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI pada tahun 2005-2010. Untuk menganalisis variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap struktur modal pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI pada tahun 2005-2010.
Bona Pasogit
Bona Pasogit Content Creator, Video Creator and Writer

Posting Komentar untuk "Karakteristik Perusahaan dan Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Otomotif"

close