Pengaruh Industri 4.0 Terhadap Industri Otomotif Indonesia
Industri 4.0 atau revolusi industri ke-4 adalah era industri transisi. Industri 4.0 memberdayakan peran digitalisasi manufaktur pada jaringan suplai yang melibatkan integrasi informasi dan berbagai sumber dan lokasi untuk menggerakan manufaktur dan distribusi secara fisik.
Integrasi teknologi informasi dan teknologi operasi ini ditandai dengan konektivitas antara peran fisik ke digital dan fisik ke fisik. Penerapan Industri 4.0 membuat perusahaan menjadi pintar dan mengotomatisasikan sistem manufaktur dengan didukung oleh berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi serta internet of things (IoT).
Namun menerapkan Industri 4.0 di perusahaan manufaktur tidak mudah dicapai karena hambatan-hambatan tertentu (Lee & Lee, 2015). Survei McKinsey (Maret 2017) terhadap 300 pemimpin perusahaan terkemuka di Asia Tenggara menunjukkan sebanyak 9 dari 10 responden percaya terhadap efektivitas Industri 4.0. dan hampir tidak ada yang meragukannya.
Akan tetapi ketika ditanya apakah mereka siap untuk perubahan tersebut, hanya 48 persen yang merasa siap, salah satunya adalah Indonesia. industri otomotif ialah merancang, mengembangkan, memproduksi, memasarkan, dan menjual kendaraan bermotor dunia.
Industri Otomotif Indonesia dimulai pada tahun 1964, awalnya dengan perakitan SKD mobil impor dan kendaraan komersial. Pada 2017, Indonesia adalah produsen kendaraan penumpang terbesar ke-17 di dunia dan produsen kendaraan penumpang terbesar ke-5 di Asia, memproduksi 980 ribu kendaraan.
Dalam beberapa tahun terakhir, industri otomotif indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Terlihat jumlah produktivitas otomotif indonesia pada 2019 mencapai 1,2 juta unit, meskipun pada 2020 mengalami penurunan menjadi 620 ribu unit akibat pandemi covid-19 meskipun hanya kalah dari Thailand.
Akan tetapi pemerintah siap untuk membangkitkan kembali industri otomotif di 2021. Melihat jurnal karangan Franka Hendra lebih mengarah terhadap penelitian ini karena industri komponen otomotif Indonesia dapat berpotensi dan bersaing dalam tujuan menjadi sosok negara yang mampu memproduksi kendaraan di kawasan.
Namun jurnal ini masih dalam tahap komponen sehingga dasar dalam produksi otomotif ini harus dikembangkan sehingga dapat menjadi kunci arah dalam menentukan strategi yang akan dibantu oleh pemerintah (Hendra, 2017, hal. 38-48).
Sementara itu di dalam permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah dampak industri 4.0 di industri otomotif serta inovasi yang dilakukan pemerintah dalam industri otomotif.
Dalam penerapan konsep alih teknologi-teknologi di bidang industri otomotif harus bertumpu pada dua konsep yaitu: pengalihan hak atas kekayaan intelektual yang diterapkan melalui perjanjian lisensi dengan 10 menggunakan perjanjian teknikal sistem, dan kebijakan pemerintah untuk mendukung percepatan alih teknologi dalam hal ini di bidang industri otomotif (Pikahulan, 2017, p. 72).
Dampak Industri 4.0 terhadap Industri Otomotif Indonesia ditandai dengan peluncuran “Making Indonesia 4.0” sebagai sebuah roadmap dan strategi Indonesia memasuki era industri 4.0. Dampak “Making Indonesia 4.0” bagi Industri Otomotif Indonesia yaitu, pertama, meningkatkan kompetensi sumber daya manusia melalui program link and match antara pendidikan dengan industri guna meningkatkan kualitas tenaga kerja.
Kedua, mendorong angkatan kerja untuk terus meningkatkan kemampuan dan keterampilan, terutama dalam teknologi internet of things dengan lini produksi di industri. Ketiga, mendesain ulang zona industri serta meningkatkan infrastruktur nasional.
Keempat, pabrik-pabrik industri otomotif dibangun dengan sistem manufaktur fleksibel, yaitu sistem manufaktur yang dapat bereaksi secara fleksibel terhadap perubahan-perubahan, seperti perubahan tipe produk dan urutan proses dalam pembuatan produk.
Kelima, proses produksi dan pemasaran produk sebagian besar sudah menggunakan kecerdasan buatan(AI) dan internet of things (IoT), seperti robot, 3D printing, komputer, dll. Dampak Industri 4.0 pada Industri Otomotif Indonesia membuat proses produksi menjadi lebih hemat dan efisien tanpa mengurangi kuantitas dan kualitas dari pekerja.
Inovasi juga bermunculan seiring masuknya Industri 4.0 di Indonesia, terutama di Industri otomotif Indonesia. Yang pertama, meluncurkan mobil dengan teknologi CVT (Continuously Variable Transmission) yang membuat gesekan mesin semakin halus serta menghemat BBM.
Kedua, yang selalu di gencarnya pemerintah, yaitu pembuatan mobil dan motor listrik guna mengurangi penggunaan BBM serta polusi. Keitiga, Industri Otomotif indonesia sedang mengembangkan teknologi swakemudi yang membuat mobil dapat mengemudi sendiri bahkan dibekali fitur parkir sendiri serta dihadirkannya mode blind spot warning yang membuat mobil memiliki sensor pada bagian-bagian yang tidak dapat dilihat oleh pengemudi.
Dan mungkin di masa mendatang, inovasi-inovasi yang belum ada di Indonesia bahkan di Dunia bisa diimplementasikan, seperti adanya Virtual Visor yang menggunakan LCD transparan yang dapat diwarnai, bukan penutup seperti dulu lagi atau adanya mobil yang bisa berputar 180 derajat guna mempermudah dalam parkir.
Atau mungkin saja ada inovasi-inovasi yang belum terpikirkan bisa menjadi inovasi yang berguna bagi industri otomotif khususnya di Indonesia.
Kesimpulan saya sejauh ini bahwa Industri 4.0 membawa banyak dampak yang signifikan bagi Industri Otomotif Indonesia, dimana banyak dampak yang membuat proses produksi dan pemasaran produk menjadi jauh lebih efisien serta mengurangi pengeluaran tanpa mengurangi kualitas dan kuantitas sumber daya manusia. Inovasi dari industri 4.0 juga membawa kemudahan bagi konsumen otomotif dimana mobil menjadi terhubung dengan internet of things sehingga data tentang mobil tersebut dapat diketahui langsung oleh sang pemilik.
Posting Komentar untuk "Pengaruh Industri 4.0 Terhadap Industri Otomotif Indonesia"